Sejarah Munculnya Binatang

Ketika binatang mulai muncul di bumi, bumi tidak berbentuk seperti sekarang ini. Tidak ada tumbuhan, daratan masih kosong, bukit, gunung-gunung dan lembah belum terbentuk. Lautan yang dangkal menyelimuti sebagian besar permukaan bumi. Dari dalam lautan inilah tumbuhan dan binatang mulai muncul. .
Sekitar 3,5 milliar tahun yang lalu, Bakteri-lah barangkali makhkluk hidup yang pertama kali muncul di bumi dan organisma primitive lainnya. Fossil tertua yang berhasil ditemukan adalah bakteri yang berusia 3,5 milliar tahun. Binatang pertama adalah berupa organisme satu sel yang hidup di dalam laut. Binatang-binatang yang tidak bisa dilihat mata ini berenang dengan menggerakkan ekor yang menyerupai cambuk.
Selanjutnya secara bertahap binatang tubuhnya berkembang menjadi banyak sel. Beberapa kelompok sel memiliki fungsi yang berbeda. Sel-sel ini dikelompokkan kedalam beberapa struktur yang memiliki fungsi untuk mencerna makanan, berkembang biak, bergerak, dan penginderaan.
Dengan semakin berkembangnya binatang menjadi lebih kompleks, mereka juga tumbuh menjadi lebih besar. Binatang yang besar membutuhkan tulang, untuk menyangga otot dan memberi bentuk yang tetap. Tulang pertama yang terbentuk adalah cangkang atau pelindung luar tubuh yang terbuat dari mineral-mineral yang keras.
Hampir semua binatang yang tidak bertulang belakang sudah terbentuk pada akhir periode Cambrian, sekitar 500 juta tahun yang lalu. Semua binatang masih tinggal di lautan. Sejenis kerang yang disebut trilobita merayap di dasar lautan, binatang ini dalam perkembangan selanjutnya menjadi serangga, kepiting, udang, dan laba-laba.
Binatang bertulang belakang mulai berkembang. Binatang ini memiliki tulang yang berada di dalam tubuhnya, tulang lebih ringan dibandingkan dengan cangkang binatang tidak bertulang belakang. Selain itu binatang ini bisa bergerak lebih leluasa, dan binatang ini bisa tumbuh menjadi besar karena tulangnya juga ikut tumbuh.
Perkembangan besar terjadi dengan berpindahnya binatang dari lautan ke daratan. Tumbuhan pertama muncul di daratan sekitar 430 juta tahun yang lalu. Tumbuhan inilah yang akan menjadi sumber makanan bagi binatang yang muncul kemudian. Binatang pertama kali yang hidup di daratan adalah serangga dan laba-laba primitive. Hidup di daratan memerlukan penyesuaian, mereka harus bernafas dengan paru-paru. Mereka juga harus menopang berat tubuhnya terhadap gravitasi bumi. Keuntungan hidup di daratan yakni kadar oksigen lebih banyak di udara dibandingkan dengan di air. Dan mereka belum ada musuh.
Ikan bersirip kuping sangat tepat untuk bereksperimen dengan kehidupan di daratan. Mereka hidup di kolam dangkal dan mengembangkan kantong yang menyerupai paru-paru. Siripnya yang kuat memungkinkannya untuk merangkak di dasar kolam atau ke atas daratan dalam jarak pendek. Para ilmuwan percaya bahwa sirip ini selanjut berkembang menjadi kaki-kaki binatang daratan.
Binatang bertulang belakang pertama yang hidup di daratan adalah amphibi, yang menjadi leluhur katak dan salamander. Mereka muncul mendekati akhir periode Devonian. Amphibi pertama memiliki kepala dan ekor seperti ikan, memiliki kaki pendek yang menggantikan sirip dan kulit tebal yang menjaga tubuh dari kekeringan. Mereka dapat tinggal di daratan dalam jangka yang lama, dan kembali ke air untuk bertelur.
Reptil pertama adalah mahkluk yang menyerupai kadal yang berkembang sekitar 330 juta tahun yang lalu, mendekati akhir periode Mississippian. Reptil adalah perkembang dari binatang amphibi dan bentuknya menyerupai amphibi. Keuntungan penting sebagai reptil adalah kemampuannya untuk bertelur di daratan. Telur reptil memiliki kulit keras sehingga terlindung dari kekeringan, dan terutama adanya membran yang memungkinkan bayi reptil dapat berkembang di dalam telur. Reptil tidak terlalu bergantung pada air sehingga dapat bebas beraktivitas di daratan.
Iklim di bumi tumbuh menjadi lebih hangat dan lebih kering selama Periode Permian, yang dimulai sekitar 290 juta tahun yang lalu. Banyak sekali dasar lautan yang menjadi kering, dan gurun membentang luas. Reptil dapat beradaptasi pada kondisi yang baru, dan beberapa jenis mulai berkembang. Amphibi dalam jumlah besar mulai lenyap secara perlahan. Reptil menjadi binatang dominan pada Era Mesozoic yang mulai sekitar 240 juta tahun yang lalu. Mereka mendominasi daratan, lautan dan udara selama 177 juta tahun sepanjang Era dan disebut Abad Reptil.
Dinosaurus adalah reptil yang paling spektakuler. Ada banyak jenis dan banyak variasi ukuran Dinosaurus. Beberapa Dinosaurus adalah binatang terbesar yang pernah hidup di daratan, ukuran terkecil adalah seukuran anak ayam. Ketika dinosaurus menguasai daratan reptil raksasa lainnya juga menguasai lautan dan udara. Mereka semua punah pada akhir Era Mesozoic, tetapi reptil kecil seperti buaya, kadal, ular, dan kura-kura dapat bertahan hingga saat ini.
Pterosaur adalah reptil terbang pertama yang menguasai udara. Ada yang berukuran lebih kecil dari burung pipit, dan ada juga yang berukuran raksasa dengan lebar sayap 8 meter. Binatang ini tidak memiliki bulu, tetapi bisa jadi mereka memiliki rambut di atas selaput kulit yang membentuk sayap.
Invertebrata tetap terus berkembang pada masa Mesozoic. Beberapa jenis moluska berkembang di lautan, mereka leluhur siput, kerang, dan cumi-cumi. Lobster, udang, dan kepiting juga berkembang pada lautan Mesozoic. Kelompok serangga yang ada di jaman sekarang ini sudah muncul di akhir era Mesozoic.
Ikan berlimpah-limpah sepanjang abad Reptil. Ikan bertulang modern pertama muncul sepanjang Periode Triassic, yang mulai sekitar 240 juta tahun yang lalu. Akhir Periode Triassic sekitar 205 juta tahun yang lalu sebagian besar amphibi punah. Amphibi kecil dapat bertahan hidup dan menjadi leluhur katak dan salamander modern.
Burung berkembang dari dinosaurus sepanjang Era Mesozoic. Burung tertua yang dikenal adalah Archaeopteryx. Binatang ini hidup sekitar 140 juta tahun yang lalu, sepanjang akhir Periode Jurassic. Burung ini berukuran sebesar burung gagak dan dalam banyak hal menyerupai reptil. Memiliki gigi, ekor seperti reptil, dan cakar di masing-masing sayapnya, tetapi binatang ini terbungkus oleh bulu-bulu. Burung-burung ini banyak meninggalkan fosil karena susunan tulangnya mengakibatkannya mudah bertabrakan.
Seperti halnya burung mamalia juga berkembang dari reptil sepanjang Era Mesozoic. Mereka berasal dari sekelompok reptil yang secara bertahap mengembangkan tengkorak, gigi dan tulang yang menyerupai mamalia. Mamalia awal adalah binatang kecil seukuran tikus dengan tubuh yang berbulu lembut dan memiliki moncong yang runcing.
Beberapa mamalia bertelur dan ada juga yang melahirkan. Mamalia mulai menguasai bumi setelah dinosaurus dan reptil raksasa lainya punah pada akhir Era Mesozoic. Era Cenozoic dikenal sebagai Abad Mamalia dan dimulai sekitar 65 juta tahun yang lalu dan berlanjut hingga sekarang.
Sepanjang awal masa Cenozoic kondisi bumi sangat bagus untuk perkembangan beberapa jenis mamalia dengan cepat. Beberapa tempat tingal baru tercipta bagi mereka seperti munculnya gunung-gunung dan rawa-rawa dataran rendah yang mengering. Dengan memiliki darah panas dan tertutup oleh bulu, mamalia dapat lebih mudah beradaptasi pada iklim kering di awal Era Cenozoic dibandingkan binatang berdarah dingin.
Leluhur beberapa binatang modern muncul di awal Era Cenozoic. Ukuran mereka lebih kecil, Kuda pertama Eohippus dan onta pertama Protylopus memiliki ukuran sebesar rubah. Miacis leluhur anjing, kucing, beruang, dan serigala sebesar musang. Moeritherium leluhur gajah berukuran sebesar babi serta belum memiliki belalai dan gading. Anggota keluarga monyet juga muncul di awal masa Cenozoic, juga hewan pengerat pertama yang menjadi leluhur tikus, tupai, dan berang-berang.
Pada pertengahan Era Cenozoic beberapa deretan pegunungan terbentuk, mengangkat berbagai mineral ke permukaan. Beberapa jenis rumput baru tumbuh di tanah yang subur. Di lingkungan ini leluhur mamalia berkuku modern muncul seperti, kuda, rusa, babi dan onta dan menjadi sangat banyak. Beberapa monyet berkembang menjadi kera besar pertama.
Beberapa jenis mamalia punah setelah berakhirnya Abad Es sekitar 11.500 tahun yang lalu. Diantaranya adalah kungkang, mammoth, kucing bergigi pedang dan badak berbulu. Para ilmuwan masih belum sepakat mengenai penyebab punahnya mamalia tersebut apakah karena perubahan iklim, perubahan tanaman, atau oleh manusia.
Manusia hidup hanya dalam bagian yang sangat pendek dari sejarah bumi. Sebagian besar ilmuwan percaya bahwa manusia berkembang dari kera besar yang menyerupai manusia yang muncul lebih dari 4 juta tahun yang lalu.
Ada beberapa hipotetis tentang lintasan dan asal-usul kedatangan fauna darat prasejarah di wilayah Jawa, tetapi lintasan yang paling mendekati adalah melalui Dangkalan Sunda, selama periode dimana bagian dari daratan ini dulu muncul di permukaan.
Adanya daratan kering bukan merupakan suatu prasyarat, karena banyak binatang mampu berenang melintasi selat yang sempit atau tidak terlalu sempit. Jalur yang dulu dilewati untuk kedatangan fauna kemungkinan besar adalah Seme nanjung Malaysia atau mungkin melalui lintasan penyeberangan yang tersingkap, yang sekarang dikenal sebagai Laut Cina Selatan.
Sisa-sisa mamalia tertua di Jawa berasal dari Pliosen, dan jenisnya serupa dengan yang ditemukan di lembah-lembah Siwalik di India: gajah primitif – binatang yang me-nyerupai gajah raksasa Trilophodon bumiajuensis yang punah, kuda nil Hexaprotodon, dan rusa. Semua fosil ini berasal dari 3-1,5 juta tahun yang lalu.
Fauna Pleistosen yang kemungkin an berasal dari 0,8-1,5 juta tahun yang lalu Dari jetis, Trinil dan Ngandong, sangat mirip dan mempunyai banyak kaitan dengan fosil Siwalik dan fauna dari Cina pada jaman prasejarah. Umumnya beberapa perbedaan di antara kedua fauna terjadi secara kebetulan. Sampai seberapa lama jenis-jenis ini bertahan di Jawa tidak diketahui, tetapi trenggiling raksasa Manis palaeo javanica, yang panjangnya mencapai 2,50 m dikenal dari sedimen di Gua Niah, Sarawak, hanya sekitar 40.000 tahun yang lalu. Jenis yang terkenal dari Kala Pleistosen adalah Manu sia Jawa Homo erectusya.
Sisa-sisa binatang prasejarah tetapi "baru" telah ditemukan di Gua Sampung, dekat Ponorogo, dan Wajak, "Hoekgrot" dan Guajimbe dekat Tulungagung dan Blitar dijawa Timur. Lokasi-lokasi ini telah dirusak oleh kegiatan penambangan kapur, letapi akhir-akhir ini ditemu kan kembali penggalian fosil yang utuh untuk diekskavasi. Umur temuan-temuan tidak jelas diketa hui, tetapi fosil ini kemungkinan berumur antara 3,000-5.000 tahun.
Peninggalan yang ditemukan men cakup kerangka manusia moderen, yang sangat menarik karena kerang ka tersebut telah dicat dengan warna merah alami.
Dari sisa-sisa mamalia yang terakhir ini, harimau, kucing hutan, gajah, tapir, kerbau dan rusa Bawean yang berada di Jawa sekarang sudah punah. Menarik sekali bahwa rusa Bawean, yang sekarang masih ada di P. Bawean, pada tahun 1845 diterangkan asalnya dari Jawa.
Oleh karena itu kemungkinan besar kepunahannya di Jawa terjadi relatif baru dan binatang-binatang yang berada di Pulau Bawean merupakan populasi yang tersisa. Kepunahan binatang yang berlangsung antara Jaman Mesolitik dan Jaman Neolitik dapat dikatakan hersamaan dengan berlangsungnya revolusi pertanian selama periode peralihan.
Asal-usul kerbau Jawa juga sangat menarik, apakah kerbau yang ada sekarang keturunan dari jenis kerbau asli liar Bubalus amee, atau apakah menjadi jenis ini punah sebelum kerbau lokal Bubalus bubalis diinlroduksi dari Jawa. Jika kerbau tersebut memang punah, penyebabnya tidak diketahui.
Dari catatan-catatan sejarah kuno tentang penguasa Jawa yang mengendarai gajah, terlihat adanya hubungan dengan India, tempal asal binatang besar ini. Sebelumnya Jawa juga mengekspor gading ke Cina, tetapi tidak jelas apakah gadingnya berasal dari gajah Sumatera atau dari sisa-sisa kawanan yang ada di Jawa. Namun masih tetap menarik untuk diketahui bahwa bahasa jawa kuno untuk gajah adalah "liman" yang berarti "binatang buas dengan satu tangan".
Penemuan-penemuan di Sampung juga menunjukkan bahwa badak jawa ditemukan cukup jauh ke timur dibandingkan dengan yang tercantum dalam catatan sejarah. Walaupun fauna purba di jawa cukup beragam, tidak ada satu pun binatang yang menyerupai kuda, jerapah atau unta ditemukan di Asia Timur dan Selatan.
Binatang yang ada di Jawa adalah binatang-binatang yang sekarang cenderung hidup di wilayah yang terbuka luas, dan hal ini juga menunjukkan bahwa P. Jawa dulu hampir seluruhnya berupa hutan. Meskipun demikian, kehadiran kerbau bertanduk panjang Bubalus palaeokerabau dengan bentangan tanduk 2,25 m, dan beberapa stegodon dengan taring sepanjang 4 m, menunjukkan bahwa habitat hutan dijawa bukan seluruhnya berupa hutan tropis tetapi lebih merupakan hutan kayu terbuka dengan padang penggembalaan dan rawa.
Adanya habitat yang lebih sejuk dan berhutan kayu juga didukung oleh penemuan fosil kucing liar Felis chaw, yang sekarang terdapat di hutan-hutan musiman di utara Semenanjung Thailand.
Meskipun burung kurang dikenal dibandingkan dengan mamalia, fosil-fosil burung yang berasal dari Jawa Tengah sangat menarik jika dilihat dari pemahaman lingkungan purba pada masa Homo erectus. Sisa-sisa tujuh jenis burung yang semuanya merupakan burung air pernah ditemukan dan satu di antaranya sudah punah, serta hanya satu jenis yang masih terdapat dijawa.
Kehadiran hampir semua jenis tersebut pada masa yang lalu menunjukkan bahwa iklim pada masa itu lebih sejuk dan suatu komunitas burung pengembara dataran rendah yang hidup dalam iklim yang lebih "sedang" pernah mengunjungi Pulau Jawa.
Sisa-sisa fosil kura-kura raksasa Ceocheione alias pernah ditemukan dalam timbunan endapan Pliosen yang terdapat di Jawa, Sulawesi dan Timor. Selama Periode Tersier maupun Pleistosen kura-kura darat raksasa ini terdapat di Dunia Baru maupun di Dunia Lama.
Di bagian utara Amerika, kura-kura ini menderita karena serangan oleh karnivora besar. Bentangan air yang luas tidak mencegah penyebar annya, karena kura-kura ini dapat mengapung sangat baik dan dapat bertahan pada keadaan jauh dari daratan dalam jangka waklu yang lama.
Berbagai jenis kura-kura, ikan lele, gabus, dan hiu dideskripsikan dengan jelas dari timbunan endapan Pleistosen di Jawa Tengah.

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © / Pohon Pensil

Template by : Urangkurai / powered by :blogger